Uncategorized

Jika Ini Mimpi


image

“Jika ini mimpi, jangan bangunkan aku dari tidurku yang lelap ini.”  

Dia bergumam dalam tidurnya, memeluk selimutnya erat, tersenyum lamat-lamat. Aku ingin merahasiakan waktu yang kali ini kugenggam baik-baik di tangan kananku. Mula-mula aku  ingin mengejutkannya dengan kenyataan bahwa matahari menepati janjinya lagi pagi ini, juga daun-daun kembali menyajikan embun lagi, juga burung-burung bangun tepat waktu menghias udara dengan kicauannya bersahut-sahut.

Dia malah meminta untuk tidak dibangunkan.
Bagaimana bisa dia menolak melihat jendela yang terbuka lebar-lebar membuatnya menggerak-gerakkan mata hampir terbangun?
Bagaimana bisa dia menolak secangkir teh, kopi, atau bubur ayam sarapan pagi yang biasa disantapnya sehabis mandi?
Bagaimana bisa dia menolak melihat jam lekat-lekat, merasakan jantungnya berdebar, buru-buru takut terlambat?

Mungkin memang ada orang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa pagi sudah datang dan tidurnya harus berakhir sekarang.
Ada orang yang hanya senang bermimpi tanpa bisa menerima bahwa sudah saatnya mimpi itu dipaksa disudahi.
Ada orang yang lebih senang tidur lamat-lamat, nyenyak, tanpa ingin menyapa pagi yang hanya sebentar lewat.

Padahal tidak semua mimpi bisa kausenangi. Padahal pagi adalah isyarat bagimu untuk bangun dari mimpi. Padahal dalam jejak-jejak kaki di sepatumu, kamu siap diantarnya menuju dunia yang lebih indah dan penuh warna dibandingkan mimpi.

Hidup dengan nyata lebih indah daripada hanya tidur dan bermimpi.

“Diamlah. Aku tidak ingin dibangunkan.”

Aku menoleh pada dia yang masih memeluk selimutnya erat. Mungkin baginya hidup dalam mimpi lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri.

Leave a comment